Status Gunung Semeru Naik Jadi Siaga, Simak Penjelasan Badan Geologi

Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, akhirnya menaikkan status aktivitas Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur. Keputusan diambil berselang hampir dua minggu dari erupsi yang meluncurkan awan panas dashyat pada 4 Desember lalu.

“Aktivitas Gunung Api Semeru dinaikkan dari level Waspada menjadi Siaga–satu level di bawah Awas–terhitung mulai 16 Desember 2021 pukul 23:00 WIB,” kata Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono, dikutip dari keterangannya, Jumat, 17 Desember 2021.

Badan Geologi menaikkan radius area berbahaya dengan naiknya status aktivitas Gunung Semeru tersebut. Radius larangan melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan serta sempadan sungainya menjadi sejauh sejauh 13 kilometer dari puncak.

“Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak,” kata Eko.

Badan Geologi sebelumnya merekomendasikan daerah yang dihindari dalam radius satu kilometer dari puncak, kini diperluas menjadi radius 5 kilometer. “Tidak beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar),” kata Eko soal penambahan radius yang ini.

Bukan hanya di Besuk Kobokan, Badan Geologi juga meminta agar mewaspadai potensi awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai dan lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Kawasan yang dimasud adalah Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. Selain juga, Eko menyebutkan, potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

Eko menjelaskan, Badan Geologi menaikkan status aktivitas Gunung Semeru karena terjadi peningkatan jarak luncuran awan panas guguran aliran lava. Aktivitas awan panas guguran berpotensi terjadi karena adanya endapan lava dengan panjang aliran lebih kurang 2 kilometer dari pusat erupsi.

“Aliran lava tersebut masih belum stabil dan berpotensi longsor terutama di bagian ujung alirannya sehingga mengakibatkan awan panas guguran,” kata dia.

Eko menambahkan, potensi aliran lahar juga masih tinggi karena curah hujan yang masih cukup tinggi. Dia mengutip data dari BMKG yan memperkirakan musim hujan akan berlangsung selama 3 bulan ke depan. “Secondary explosion juga berpotensi terjadi di sepanjang aliran sungai apabila luncuran awan panas yang terjadi masuk/kontak dengan air sungai,” kata dia.

Badan Geologi mencatat sepanjang Kamis, 16 Desember 2021, terjadi tiga kali luncuran awan panas dari kawah Gunung Semeru. Masing-masing pukul 9.01 WIB sejauh 4,5 kilometer dari puncak, terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 milimeter dengan durasi 912 detik.

Luncuran awan panas kembali terjadi pukul 9.31 WIB yang terekam di seismograf dengan amplitudo 17 milimeter dengan durasi 395 detik. Luncuran ini tidak teramati secara visual karena gunung api tertutup kabut. Selanjutnya, sore pukul 15.42 WIB sejauh 4,5 kilometer, dengan amplitudo maksimum 20 milimeter dengan durasi 400 detik.

Kegempaan didominasi oleh gempa letusan, embusan, dan guguran. Jumlah gempa guguran meningkat dalam tiga hari terakhir sebanyak 15-73 kejadian per hari dari rata-rata 8 kejadian per hari sejak 1 Desember 2021.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *