Sejak 1600, Ini Rincian Waktu Gempa Tsunami Sering Muncul di Indonesia

Gempa Laut Flores pada 14 Desember 2021 menambah daftar kejadian tsunami pada akhir tahun. Dari hasil kompilasi data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), tercatat tsunami belasan kali terjadi menjelang tutup tahun. Kurun waktunya sejak 1600 hingga sekarang.

Selain itu, menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, gempa tsunami pada masa awal tahun juga sama banyaknya. “Itu fakta data, ya jangan sampai menimbulkan bahwa awal dan akhir tahun itu musim tsunami,” katanya kepada Tempo, Rabu 15 Desember 2021.

Pada periode panjang selama 4 abad lebih dari 1600-2021 sebelum gempa Laut Flores, pada Januari, Februari, dan Maret, jumlah kejadian tsunami di wilayah Indonesia berjumlah 11-12 kali. Setelah itu pada April sebanyak 8 tsunami, Mei enam kali, dan Juni empat tsunami.

Setelah tengah tahun itu, grafiknya kemudian naik bertingkat. Kejadian tsunami pada Juli sebanyak 8 kali, Agustus 9 kali, September bertambah hingga 12 tsunami. Pada Oktober turun menjadi 8 tsunami, lalu November hingga Desember masing-masing tercatat sama, yaitu 12 kali tsunami.

Namun kompilasi data kejadian itu tidak menyertakan rincian tinggi gelombang laut yang sampai ke daratan. Faktanya, selain tsunami dahsyat di Aceh pada 2004, ada tsunami kecil seperti yang baru terjadi dari gempa di Laut Flores 14 Desember 2021. “Ketinggian tsunaminya yang tercatat alat, yaitu 7 sentimeter di Reo dan Marapokot, Nusa Tenggara Timur,” kata Daryono

Gempa yang terjadi pukul 10.20.23 WIB berpusat pada koordinat 7,59 derajat Lintang Selatan dan 122,24 derajat Bujur Timur. Berlokasi di Laut Flores, jaraknya sekitar 112 kilometer arah barat laut Kota Larantuka, Nusa Tenggara Timur dari kedalaman 10 kilometer.

Gempa dangkal akibat pergerakan sesar aktif yang belum teridentifikasi itu secara geser atau mendatar (strike slip) dan menghasilkan gempa bermagnitudo 7,4. Guncangan dirasakan kuat di Ruteng, Labuan Bajo, Larantuka, Maumere, Adonara, dan Lembata hingga merusak banyak bangunan di Selayar, Sulawesi Selatan.

Informasi gempa itu diiringi peringatan dini tsunami dengan tingkat ancaman waspada di Flores Timur Bagian Utara, Pulau Sikka, Sikka bagian utara dan Pulau Lembata. Menurut Daryono, lokasi sumber gempa itu jarang terjadi aktivitas gempa periode 2009-2021. Namun begitu, Nusa Tenggara Timur tergolong daerah rawan tsunami.

Sejak 1800-an di busur Kepulauan Sunda Kecil yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur, sudah terjadi lebih dari 22 kali tsunami. Sejarah mencatat pada 29 Desember 1820 gempa kuat yang berpusat di Laut Flores memicu tsunami di Flores hingga Sulawesi Selatan. Di Bulukumba korban meninggal akibat tsunami mencapai sekitar 500 orang.

Tsunami destruktif yang dipicu gempa bermagnitudo 7,8 di Laut Flores juga pernah terjadi pada 12 Desember 1992. Ketinggian tsunaminya mencapai sekitar 30 meter yang menyebabkan 2.500 orang meninggal dan 500 orang hilang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *